Pembelajaran Hidup melalui FLP
Tegal
Mungkin
akan lain ceritanya kalau saja mba Fani Rosanti alias Kelopak Biru tidak
memintaku membantunya menghidupkan
kembali FLP Tegal pasca ditinggal mba Sinta Yudisia 2007 silam. Saat itu di
tahun 2009 aku tengah disibukkan dengan kuliah, menyelesaikan Skripsi, organisasi
di kampus dan menjadi pengurus sebuah
taman bacaan di Kota Tegal. Namun, apa boleh buat permintaan yang membuatku
tidak bisa menolak. Aku didaulat untuk menjadi panitia Talk Show “Menulis
Membuat Kita Kaya” tanggal 26 Juli 2009 dengan pembicara SN Ratmana (Sastrawan
angkatan Taufik Ismail ) dan Suyuti Abdul Ghofir (Wartawan Radar Tegal). Talk
Show itu diadakan untuk menarik minat peserta agar mau menjadi anggota FLP
Tegal.
Mba
Fani begitu panggilannya baru saja lulus Sarjana Sastra Indonesia Universitas
Negeri Semarang. Beliau aktif sebagai pengurus di FLP Semarang kampus UNNES
Sekaran. Setelah pulang ke Tegal, beliau mencari komunitas FLP yang konon
kabarnya ada di Tegal. Apa boleh buat ternyata vakum setelah ditinggal mba
Sinta Yudisia pindah ke Surabaya yang selaku Ketua FLP Tegal saat itu. Kepengurusan yang baru belum bisa
memaksimalkan potensi yang ada, sehingga berhentilah kegiatan pertemuan
kepenulisan yang tadinya aktif diadakan oleh mba Sinta. Mba Fani mencoba
menghubungi kembali pengurus atau anggota FLP Tegal yang dulu pernah aktif.
Pada akhirnya beliau menghubungi aku.
Awalnya
aku setengah hati membantu mba Fani menghidupkan FLP Tegal, yang penting
proposal kegiatan jadi, talk show terselenggara dengan baik, titik. Hanya itu.
Yaah, faktor ketidakenakan juga mempengaruhi. Namun, setelah talk show
terselenggara, pikiranku berubah. Ternyata ada banyak orang yang mulai tertarik
ingin bergabung dengan FLP Tegal. Dari anak-anak SMA, kuliah bahkan yang sudah
jadi guru dan PNS pun berminat
bergabung. Ada Ali Irfan yang mantan wartawan saat kuliah di Cirebon, saat itu
paling aktif bertanya saat talk show. Talk show yang dihadiri oleh 26 peserta
wanita dan 11 peserta laki-laki ini meminjam dua ruang kelas Politeknik Harapan
Bersama. Alhamdulillah beberapa orang
yang berminat bergabung dengan FLP Tegal adalah mahasiswa kampus tersebut. Pasca
talk show berlangsung diadakan pemilihan kepengurusan FLP Tegal yang baru di
pelataran pendopo Kota Tegal, kami duduk di atas rumput dan terjadilah
pemilihan itu. Ali Irfan, sang guru SDIT di Slawi yang mantan wartawan itu
mendapat suara terbanyak untuk menjadi Ketua FLP Tegal periode 2009-2011. Yang
bersangkutan pun dengan penuh percaya diri siap menjadi Ketua. Fani Rosanti
sebagai Sekretaris dan aku sebagai Bendahara.
Rapat
demi rapat pun diselenggarakan untuk menyelenggarakan pelatihan kepenulisan
rutin untuk anggota FLP Tegal. Namun, takdir berkata lain. Mba Fani akhirnya menikah akhir tahun 2009 dan harus
mengikuti suami ke Jakarta. Jadilah aku sekretaris menggantikan beliau. Hiks…
baru merintis, kok ditinggal pergi? Mau tak mau aku mengemban amanah ini. Terlintas
nama Sutono seorang penjaga toko besi yang keluar kerja demi mengikuti
pertemuan rutin FLP Tegal dan memilih menjadi loper koran. Beliau selalu hadir
di pertemuan FLP Tegal dengan menggunakan sepeda bututnya yang jaraknya
berkilo-kilo dari tempat kami kumpul. Beliau selalu datang tepat waktu dan
tidak pernah absen barang satu kali pun. Ali Irfan pun lebih jauh lagi jarak
rumahnya, meski naik sepeda motor namun selalu datang tepat waktu dan tidak
pernah absen dalam rapat maupun pertemuan FLP Tegal. Malu aku dibuatnya, aku
yang tinggal di Kota Tegal, akses kemana saja dekat dan Alhamdulillah difasilitasi orang tua sepeda motor dan komputer dibandingkan
dengan mereka belum apa-apa perjuanganku ini. Tertantanglah aku untuk terus
menggerakkan roda organisasi ini.
Kegamanganku
mengenai arah pembinaan FLP Tegal ini sedikit terobati. Hadirlah Eri Fitniati
yang baru saja lulus Sarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Semarang,
beliau juga pengurus FLP Semarang. Bagaimana tidak bingung pasalnya kami: Ali
Irfan, aku dan pengurus lainnya benar-benar baru terjun di FLP. Memang sih aku
dan Sutono sudah bergabung di FLP Tegal sejak 2006, namun kami hanyalah sebagai
anggota yang kurang begitu paham arah pembinaan FLP sebagaimana mestinya.
Tercatat
dalam sejarah kepengurusan FLP Tegal periode Ali Irfan yang menjabat dua kali
berturut-turut dari 2009 sampai 2013, dimana aku menjadi sekretarisnya telah
mengadakan beberapa kegiatan. Diantaranya adalah lomba menulis dengan tema “Take Me Out Because
Allah” yang telah diselenggarakan pada bulan November 2009. Kemudian Pelatihan
Kepenulisan (Plat Pulpen) yang diadakan setiap sebulan sekali: tanggal 13 Desember 2009 dengan pembicara
Rahman Hanifan (FLP Pemalang), Tanggal 31 Januari 2010 dengan pembicara Aries
Adenata (FLP Solo Raya), tanggal 14 Pebruari 2010 dengan pembicara Sutono
Adiwerna (Cerpenis) dan seterusnya. Selain Plat Pulpen selama pertemuan di
tahun 2010 kami juga mengadakan “Bakar Sate” (Bahas Karya Sambil Telaah).
Karya-karya yang dibahas khusus untuk cerpen remaja yang target akhirnya adalah
menerbitkan sebuah buku. Alhamdulillah terbitlah
buku Antologi cerpen remaja “Akulah Pencuri Itu” yang launching di Book Fair
Slawi tanggal 11 Desember 2010.
Pada
tahun 2011 FLP Tegal dipercaya menyelenggarakan rangkaian acara Up-Grading
Wilayah Jawa Tengah. FLP Tegal juga mengadakan Talk show “Tegal Cerdas Tegal
Menulis” 08 Mei 2011, dengan pembicara Afifah Afra, Wijanarto (budayawan
Tegal), dan Tedi Kartino (Motivator).
Pada
tahun 2012 kami membuat proyek penggalangan dana dan penerbitan buku secara indie karya sastrawan teman karib Taufik
Ismail: SN. Ratmana. Pada tanggal 12 Februari 2012 adalah Launching buku
“Lolong Lelaki Lansia” dengan pembedah buku Kurnia Effendi (Cerpenis Nasional
asal Kabupaten Tegal) dan Prof. Abu Suud (Mantan Rektor UNNES). Karya terbaru
dari FLP Tegal adalah Antologi Kedasyatan Doa “Kepak Sayap Patah” terbit 2016.
Melalui
FLP Tegal aku mengenal perjuangan Sinta Yudisia dalam menjalankan FLP Tegal. Kesabaran,
ketekunan beliau untuk membina kami, mengingatkan kami bahwa menulis sejatinya
bukan untuk terkenal atau ajang gaya namun menyebarkan pemikiran yang
mencerahkan banyak orang. Yang bisa
membantu banyak orang mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Oleh karena itu ruh
penulis harus selalu dibangun dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah sang
Pemberi Ilmu.
Melalui
FLP Tegal pula aku mengenal sahabat karib sepanjang masa: Almarhum Shinta
Ardjahrie. Kami mulai berkenalan saat FLP Tegal akan menyelenggarakan Talk Show
Remaja “What About Me?” tahun 2006. Kami berboncengan sepeda mengelilingi Kota
Tegal untuk mendapatkan sponshor dari beberapa perusahaan. Pernah juga kami
menemani mba Sinta Yudisia pergi ke Bandung untuk bedah buku beliau yang
berjudul Armanusa (Mizan) di UIN Bandung. Setelah ia kuliah di Purwokerto dan
bergabung dengan FLP Purwokerto Nta panggilan akrabnya juga menjadi moderator
dalam Talk Show Tegal Cerdas, Tegal Menulis, kemudian mengkonsep dan mengeksekusi jalannya launching
buku Lolong, Lelaki Lansia karya SN Ratmana. Sahabat yang asyik diajak
berdiskusi, pemberi ide-ide brilian dan eksekutor yang baik.
Ada
sosok-sosok lain di FLP Tegal yang berkomitmen mewujudkan mimpi mereka menjadi
penulis dengan segala keterbatasan yang ada. Sutono yang menuliskan
karya-karyanya di buku setelah rapi baru pergi ke rental komputer, Sutono yang
selalu menyisihkan Rp.3000,- untuk ke warnet setiap hari. Ada juga Ali Irfan
yang telah menjadi Writerpreuner. Bermodal delapan juta ia menerbitkan bukunya
sendiri berjudul B’Right Teacher, mempunyai tim penjual dan road show bukunya.
Ada juga Puput Happy yang bergabung di FLP Tegal 9 Oktober 2009 pun telah
sukses menerbitkan beberapa buku Antologi, bahkan mempunyai penerbitan sendiri
yakni Puput Happy Publishing. Tak lupa pula Irfan Fauzi anggota yang bergabung 24
Juli 2011 dan menuliskan kisah hidupnya pada Antologi Kisah Kedasyatan Doa FLP
Tegal “Kepak Sayap Patah” berasal dari keluarga yang kurang mampu. SD sampai
SMA ia enyam di Kejar Paket, sampai akhirnya ia bisa kuliah di Politeknik
Muhammdiyah Tegal sambil bekerja. Saat ini ia telah beberapa kali memenangkan
lomba menulis cerpen.
Sungguh
armada ini (FLP Tegal) menjadi sebuah wadah pembelajaran hidup sepanjang masa yang
memantikkan potensi kami, mengakrabkan kami, mendidik kami menjadi
manusia-manusia gigih, konsisten dan pantang menyerah untuk mewujudkan mimpi
kami menjadi seorang penulis. Menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak
orang.
Salam kenal Mbak Yustia Hapsari
BalasHapus